English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified


PRINCES ECONOMY WORLDWIDE

Informasi Terpanas Tentang Ekonomi Yang Lagi Menjadi Trending Topik diseluruh Dunia *** Read More ***

PRINCES CELEBRITY WORLDWIDE

Informasi Terpanas Tentang Kehidupan Artis Yang Lagi Menjadi Trending Topik diseluruh Dunia *** Read More ***

PRINCES HISTORY TOUR AND TRAVEL

Informasi Terpanas Tentang Perjalanan Wisata Yang Lagi Menjadi Trending Topik diseluruh Dunia *** Read More ***

PRINCES LOVE GOD

Informasi Terpanas Tentang Kehidupan Biologis Yang Bisa Membawa Pencerahan dari Segala Beban Masalah Hidup *** Read More ***

THE PARANORMAL

Kesempatan Buat Anda yang ingin belajar pengasihan, obat tradisional dan adat istiadat nenek moyang diseluruh Dunia *** Read More ***

Ramalan 'Mengerikan' Brian Tucker Terbukti, Gempa 7,8 SR Guncang Mentawai

Sun Princes - Prediksi mengerikan diucapkan Brian Tucker, Presiden GeoHazards pascagempa Nepal yang meluluhlantakkan Kathmandu, kaki Himalaya pada Sabtu 25 April 2015.
"Jika Anda bertanya, di mana gempa besar berikutnya akan terjadi, bukti yang paling kuat mengarah ke lepas pantai Sumatera," kata dia, seperti dikutip dari Time.

GeoHazards adalah lembaga nonprofit asal California, Amerika Serikat, yang mengkampanyekan pengurangan risiko bencana alam di daerah-daerah paling rawan di dunia.
Prediksi tersebut kini 'terbukti' -- meski tak sepenuhnya terjadi. Hari ini, Rabu (2/3/2016), lindu besar dengan kekuatan 8,3 skala Richter mengguncang Kepulauan Mentawai  pada pukul 19.49 WIB. Namun, kekuatan gempa kemudian direvisi menjadi 7,8 SR.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut, pusat gempa berada di 682 km Barat Daya Kepulauan Mentawai, di kedalaman 10 km, dan berpotensi memicu tsunami.
Sampai berita ini diturunkan, belum ada laporan kerusakan dan korban jiwa. Namun, ribuan warga yang tinggal di wilayah pesisir telah dievakuasi ke tempat yang lebih tinggi.
Kepulauan Mentawai di Sumatera Barat -- juga Pulau Sumatera secara keseluruhan -- adalah wilayah rawan gempa dan tsunami.

Pulau-pulau di Mentawai sesungguhnya adalah dasar laut yang muncul di permukaan karena adanya tumbukan lempeng-lempeng bumi.
Lempeng bumi itu masih akan terus bertumbukan, yang kemudian menimbulkan gempa berpotensi tsunami.

Gempa dahsyat sebelumnya pernah terjadi. Pada 26 Desember 2004, gempa dengan kekuatan 9,1 skala Richter mengguncang Samudera Hindia. Di ujung barat laut Sumatera.
Gempa memicu tsunami 30 meter, menghantam Aceh, Thailand, Sri Lanka, India, Maladewa, dan pesisir timur Afrika. Jutaan liter air laut tumpah ke daratan. Lebih dari 230 ribu nyawa melayang atau dinyatakan hilang. Menjadi salah satu bencana terdahsyat pada Abad ke-21
Lindu 7,6 skala Richter juga pernah mengguncang Sumatera Barat dan menewaskan  1.117 orang pada 30 September 2009.

Pada masa lalu guncangan alam juga pernah menghadirkan nestapa. Kala itu, Minggu 25 November 1833 sekitar pukul 22.00 WIB, lindu dengan kekuatan 8,8 sampai 9,2 skala Richter mengguncang, pusatnya berada di lepas pantai barat Andalas. Penyebabnya adalah pecahnya segmen palung Sumatera sepanjang 1.000 km.
Lindu dirasakan kuat di Padang, Sumatera Barat. Awalnya, getaran dianggap biasa. Namun, disusul guncangan kencang.

"Orang-orang berhamburan keluar, khawatir bakal terkubur di bawah bangunan yang bergetar hebat," demikian tulis seorang ilmuwan Dr. A.F.W. Stumpff, seperti Liputan6.com kutip dari makalah ilmiah berjudul 'Source parameters of the great Sumatran megathrust earthquakes of 1797 and 1833 in ferred from coral microatolls' yang salah satu penulisnya adalah ahli Indonesia, Danny Hilman Natawidjaja.
Peristiwa tersebut hanya terjadi 3 menit, namun dampaknya luar biasa. Gempa memicu terjadinya tsunami yang menerjang pesisir barat Sumatera dengan wilayah terdekat dari pusat gempa adalah Pariaman hingga Bengkulu.

Bencana pada 1883 yang berpusat di wilayah Sipora didahului gempa besar pada tahun 1797 di wilayah Siberut -- yang kekuatannya diperkirakan mencapai 8,7 - 8,9 SR. Lindu terjadi di Zona Megathrust Mentawai yang kini termasuk zona seismic gap (daerah jarang gempa atau yang sudah lama tidak mengalami gempa besar).

Gempa besar di (zona subduksi) Mentawai selalu berulang mengikuti siklus 200 tahunan. Ini telah lama diprediksi: gempa dengan kekuatan hingga 8,9 skala Richter akan mengguncang Mentawai. Lindu yang memicu tsunami itu dinilai mengancam satu juta lebih penduduk di Padang, Pariaman, Painan, dan wilayah lain di Sumatera Barat serta Bengkulu.

Beberapa waktu lalu, pakar gempa dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dr Danny Hilman mengatakan, prediksi gempa di Megathrust Mentawai kekuatannya diperkirakan antara 8,8-8,9 SR.

"Megathrust terbentang di pantai barat Sumatera, mulai Andaman, Aceh, Nias, sampai Selat Sunda, Jawa, Bali, Lombok," kata Danny. "Di Sumatera, Aceh sudah lepas (energi yang tertahan alias gempa), Nias sudah  lepas, Bengkulu sudah lepas. Mentawai belum lepas," kata dia.
Penelusuran Liputan6.com, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga melansir prediksi tersebut pada Juli 2015.

Prediksi itu hasil penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia bersama pihak Prancis dan Singapura.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo kala itu menyebut, jika gempa 9 SR terjadi, 5 menit kemudian tsunami akan menyusul.
Gempa 9 SR diperkirakan bisa memicu tsunami sampai 10 meter. Jika terjadi di Mentawai, tsunami bisa menjangkau daratan Padang sampai sejauh 2 kilometer dan di sungai 5 kilometer.
BNPB bersama pihak-pihak terkait terus melakukan persiapan terkait potensi gempa tersebut.
Pada 2013, BNPB bersama 17 negara membuat simulasi gempa berskala nasional untuk menghadapi gempa dahsyat itu.

Sejak 2012 BNPB telah memiliki master plan terkait hal ini. Bahkan BNPB juga telah banyak membangun infrastruktur, termasuk shelter-shelter pengungsi. BNPB pun juga telah memiliki pusat pengendali operasi khusus yang buka 24 jam.
BNPB belum bisa memastikan kapan gempa besar tersebut akan terjadi. Namun jika melihat dari sejarahnya, saat ini sudah memasuki siklus 200 tahunan.

Selain daerah Mentawai atau di wilayah utara, wilayah selatan Jawa juga masih berpotensi akan terjadi gempa maupun tsunami. Juga termasuk wilayah Timur, khususnya Ambon.
Peneliti Geoteknologi LIPI Eko Yulianto mengatakan, warga Mentawai sudah tahu bagaimana menyelamatkan diri saat terjadi gempa besar. "Mereka lari ke bukit, itu sudah benar," kata dia kepada Liputan6.com, Rabu (2/3/2016)

Menyaksikan Gerhana 2016

Princes - Gerhana matahari total adalah fenomena langka, yang tak terjadi setiap tahun di Indonesia. Bahkan sejak 1901-2016 baru ada sembilan gerhana matahari total yang melintasi tanah air.

Tak heran jika banyak yang tak mau kehilangan kesempatan menyaksikan gerhana matahari total 9 Maret 2016. Para pemburu gerhana dari Jawa pun mau tak mau harus keluar uang tak sedikit untuk menonton gerhana yang cuma melintasi Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, hingga ke Maluku Utara ini.

Kampung edukasi astronomi Imah Noong di Lembang, Bandung, misalnya, sengaja membuka tabungan ekspedisi gerhana bagi peserta perjalanan ke Bangka Tengah. "Kami beritahu ke mereka kalau ekspedisi ini tidak murah, maka itu kami menabung," kata Hendro Setyanto kepada detikcom.

Program tabungan itu, kata Hendro, dibuat sejak September 2014 dan bekerjasama dengan bank. Setiap bulannya, peserta menabung Rp 500 ribu.

Menurut Hendro, program menabung ini mendapat respons baik dari mereka yang pernah berkunjung ke Imah Noong. Ada pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum yang ikut. "Sudah lumayan banyak yang ikut, tetapi kami tidak berani bawa banyak-banyak sampai ratusan," ujarnya.

Kepada peserta yang menabung, Hendro menyemangati mereka bahwa ini momen penting yang tak boleh dilewatkan. Kini, kurang dari sebulan dari hari gerhana, Imah Noong membantu pelajar yang ikut dengan memberikan surat pengantar ke sekolah mereka agar bisa berangkat sejak 7 Maret 2016. "Belum tentu 30 tahun lagi juga kan mereka punya kesempatan lihat gerhana matahari total kayak sekarang."

Menabung demi menonton gerhana juga dilakoni anggota Himpunan Astronomi Amatir Jakarta (HAAJ). Bahkan mereka sudah mulai menyiapkan dana sejak 2009.

"Persiapan dari 2009, kami menabung supaya bisa berangkat ke Palu untuk pengamatan," kata salah satu koordinator HAAJ, Nurdiansyah, kepada detikcom.

Biaya cukup besar dibutuhkan karena HAAJ rencanya akan berada delapan hari di Palu. Belum lagi mereka akan membawa perlengkapan demi pengamatan gerhana.

Selain menyaksikan gerhana, selama delapan hari itu komunitas yang bermarkas di Planetarium Jakarta ini juga akan memberikan edukasi di sejumlah sekolah di Palu. Mereka juga memberi pelatihan penelitian gerhana bagi para mahasiswa di Universitas Tadulako, Palu

Ketika Kelelawar Terkena 'Jebakan' Gerhana

Princes - Ketika bulan perlahan menutup matahari, dimulailah proses gerhana yang membuat sinar surya meredup. Pagi atau siang mendadak berubah seperti malam saat terjadi gerhana matahari total pada 9 Maret 2016.

Perubahan yang mendadak itu membingungkan satwa, terutama hewan nokturnal yang biasa keluar dari sarangnya pada malam hari.  Saat gerhana matahari total, mereka akan berperilaku layaknya sudah malam, padahal hari masih siang.

Beberapa satwa yang akan berperilaku tak wajar itu, menurut peneliti dan kurator koleksi mamalia Museum Zoologi Bogor, Anang S Achmadi, adalah karnivora kecil seperti luwak dan kucing. Hewan lainnya adalah tikus, kelelawar, dan banyak jenis serangga.

"Hewan nokturnal, beraktivitas berdasarkan cahaya matahari," kata Anang kepada Princes. "Gerhana memang mengubah perilakunya sesaat."

Salah satu tempat yang bagus untuk mengamati hewan nokturnal seperti kelelawar adalah Goa Kelelawar di Kawasan Konservasi Waigeo Tumir, Kabupaten Raja Ampat. Anang mengatakan, saat terjadi gerhana sangat dimungkinkan kelompok kelelawar ini akan "tertipu" dan mulai beraktivitas.

"Kelelawar itu ada di mulut gua, pertengahan, dan di dalam," kata Anang. "Yang di mulut (gua) keluar duluan, yang lebih ke dalam, saat sudah gelap baru keluar."

Selain di Goa Kelelawar di Raja Ampat, ada beberapa lokasi habitat mamalia ini yang akan diteliti karena dilewati gerhana matahari total. Lokasi pengamatan itu di Pulau Plum di Maba, Maluku Utara, yang rencananya jadi pusat penelitian gerhana oleh LAPAN dan NASA.

Penelitian perilaku kelelawar saat gerhana juga diadakan di Desa Tomoli yang berada sekitar 55 kilometer dari Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. Di wilayah desa ini ada pulau yang dihuni ribuan kelelawar.

Jadi berminat melihat kelelawar yang "tertipu" gerhana?

Gerhana Matahari Total 2016. Turis asal Jepang jadi target utama

Princes - Kementerian Pariwisata terus menggeber promosi event Gerhana Matahari Total 2016. Turis asal Jepang jadi target utama yang paling banyak untuk dibidik.

Jika bulan Februari 2016 magnet yang digunakan untuk menggaet wisatawan mancanegara adalah Perayaan Imlek, dan Bali menjadi hub-nya. Maka, bulan Maret 2016 yang dijadikan mesiu untuk mendatangkan wisman adalah Gerhana Matahari Total (GMT) 2016 yang akan melintas di 12 provinsi di Indonesia.

12 Provinsi yang dilintasi GMT antara lain: Maluku Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Bangka Belitung, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Sumatera Barat.

Durasi paling lama ada di Kota Maba, Kab Halmahera Timur, Maltara dengan waktu 3 menit 17 detik. Kedua ada Kota Luwuk, Kab Banggai, Sulawesi Tengah, 2 menit 50 detik. Sementara di Kota Ternate Maluku Utara, 2 menit 45 detik.

"Kami sudah promosikan jauh hari, sejak akhir tahun 2015 lalu. Karena hotel-hotel semua bintang di kota-kota yang akan dilintasi GMT itu sudah tidak nampung lagi," jelas Menpar Arief Yahya dalam rilis pers yang diterima princes.

Presiden Jokowi sendiri sangat concern dengan event GMT. Bahkan, orang nomor satu di negara ini ingin melihat langsung acara itu di objek pariwisata yang sedang dikembangkan Kemenpar.

Menurut Menpar, target kunjungan wisman 100.000 orang dengan penerimaan devisa Rp 1,56 T. Target untuk wisatawan nusantara 5,1 juta dengan asumsi perputaran uang Rp 3,8T.

"Indonesia adalah satu-satunya negara yang bisa mengamati fenomena GMT 2016 dari daratan. GMT ini hadir 350 tahun sekali. Karena itu, dari sisi promosi pariwisata, tema ini sangat seksi. Itu terbukti, sejak akhir tahun 2015 lalu sudah kami promosikan di banyak negara, dan hasilnya sangat signifikan," kata Menpar Arief Yahya.

Dia mencontohkan Palu, Sulawesi Tengah. Sejak Desember 2015, semua hotel sudah di-reservasi dari yang berbintang sampai melati. Semua hotel sudah penuh, sampai-sampai Kemenpar berkoordinasi dengan PT Pelni untuk mengerahkan beberapa kapal besar sebagai 'hotel berjalan' di perairan yang dilintasi GMT tersebut.

"Terbanyak adalah Wisman dari Jepang," sebut Arief Yahya.

Mengapa Jepang begitu tertarik dengan GMT? Karena di negara yang banyak mayoritas Shinto itu, menjadikan Mahatari sebagai dewa. Pada 9 Maret 2016 itu, sebagian wilayah Indonesia akan menjadi gelap gulita karena GMT.

"Ada tiga fenomena GMT yang bakal diburu wisatawan. Baily's Beads, efek cincin berlian dan kromosfer matahari. Dan fenomena tadi cuma bisa disaksikan di Indonesia," terang Arief Yahya yang didampingi Esthy Reko Astuti, Deputi Bidang Pengembangan Pariwisata Nusantara Kementerian Pariwisata,

Esthy sadar ada potensi besar di dalamnya. Kemenpar pun langsung action. Menurut wanita berkerudung itu, Kemenpar telah menginstruksikan kepada 12 daerah yang menjadi perlintasan GMT untuk menyiapkan paket-paket wisata yang menarik. Misinya, menggapai target 100 ribu kunjungan wisatawan asing serta 5 juta wisatawan lokal ke-12 provinsi yang akan dilewati GMT.

"Di Palu akan ada koordinasi kedatangan cruise. Akan ada empat kapal pesiar yang rata-rata membawa 1500 penumpang. Bahkan kapal Pelni siap berkontribusi dengan menyiapkan tiga kapal besar sebagai hotel terapung yang akan ditempatkan di perairan Bangka Balitung, Palu dan Ternate," terang Esthy,

Esthy memastikan akan kemudahan akses untuk menuju titik-titik GMT akan menjadi fokus perhatiannya. Sehingga ke depan, wisatawan dapat kembali ke daerah-daerah tersebut untuk menikmati destinasi yang berada di sana.

"Fokus kita adalah promosi daerah-daerah yang mengalami GMT. Bagaimana ke depan setelah ini, wisatawan mengenal dan datang ke daerah-daerah ini," tegasnya.

Nah, untuk urusan promosi, Esthy mengaku banyak belajar dari GMT di Australia dan Eropa. Pada saat itu, GMT rupanya menjadi sorotan media, peneliti, fotografer dan wisatawan.  Desain kacamata gerhana berlogo Pesona Indonesia dan Wonderful Indonesia langsung disiapkan.

"Semua upaya untuk memikat wisatawan akan kita lakukan.  Saya yakin target tercapai. Atraksi wisatanya keren-keren, alamnya indah dan akan ada empat kapal pesiar yang rata-rata membawa 1500 penumpang,"